Padepokan Witasem
arya penangsang, jipang, penaklukan panarukan, panderan benawa
Bab 1 - Serat Lelayu

Serat Lelayu 27 – Arya Penangsang Menguji Batas Kemampuan dalam Pertarungan Sengit

Namun kesadaran diri bahwa ilmunya belum teruji agar dianggap setara dengan Arya Penangsang ternyata belum menguasai perasaan Nyi Poh Gemrenggeng. Perempuan berusia lebih separuh baya itu seakan sengaja mengabaikan pengamatannya sendiri. Walaupun gerakan Arya Penangsang semakin sulit diikuti, Nyi Poh Gemrenggeng telah memancangkan tekad untuk membalas kematian Ki Ajar Wit Sunsang. “Kekurangan dapat dihilangkan dengan kemauan kuat,” gumamnya dalam hati. Dia bergeser setapak demi setapak dengan langkah-langkah pendek sambil sesekali mengganggu Arya Penangsang.

Tanpa diketahui Nyi Poh Gemrenggeng, Lembu Jati menahan geram dalam hati.  Sebenarnya dia ingin mengalahkan Arya Penangsang dalam perkelahian satu lawan satu sekaligus untuk membuktikan keunggulan ilmunya yang ditakuti secara luas dari  lembah Merbabu hingga Gunung Sindoro. Pula Lembu Jati adalah orang yang mempunyai kelebihan dan cukup disegani di pesisir utara. Meski demikian, Lembu Jati sadar bahwa perempuan garang itu dapat berbalik menjadi lawannya jika ia menyatakan keberatan. Maka, Lembu Jati memendam perasaan dengan dongkol, lalu membuka ruang bagi Nyi Poh Gemrenggeng agar dapat melampiaskan dendam pada Arya Penangsang.

Putra Pangeran Surawiaya pun sadar bahwa ancaman baru datang untuk memisahkan nyawanya. Karena tidak ada waktu untuk membuat perkiraan yang akan terjadi atas perkembangan baru, maka Arya Penangsang sepenuhnya menitikberatkan perhatian pada ketajaman mata  pada setiap kelebat bayangan. Arya  Penangsang pun lantas menggantungkan siasat pada pendengaran ketika jejak kaki  Lembu Jati semakin halus didengar.

Dengan perasaan lega yang membuncah dan menguasai perasaannya, Nyi Poh Gemrenggeng pun menerjang masuk ke dalam gelanggang pertempuran! Sekejap kemudian, sinar mata gembira itu berubah menjadi pandangan mata menyalang dan begitu jalang. Kemarahan Nyi Poh Gemrenggeng benar-benar dapat dirasakan melalui dorongan tenaga intinya ketika menerjang Arya Penangsang dengan kekuatan penuh! Udara terguncang. Daun-daun berguguran sesaat ketika diterpa hawa panas yang menyebar dari telapak tangan Nyi Poh Gemrenggeng. Walau begitu, meski sedang dikuasai kemarahan yang meluap-luap, Nyi Poh Gemrenggeng dapat mengendalikan tata geraknya dengan mapan.

loading...

Mereka bertiga adalah orang-orang yang berkepandaian tinggi. Meski pertarungan belum menggunakan senjata dan ilmu-ilmu pilihan, tapi pergumulan itu menjadi bukti nyata bahwa perkelahian jarak dekat dapat menjadi penentu hasil akhir. Geseran langkah-langkah yang pendek, pergeseran tubuh dengan lompatan-lompatan  yang tak pernah lebih dari tiga langkah semakin tampak dahsyat dan mengerikan. Kekuatan tenaga inti masing-masing kerap berbenturan yang dalam keadaan itu bukan lagi menjadi tingkat penjajagan.

Meski demikian, salah satu dari mereka belum terlihat mengalami keadaan gawat. Bisa jadi itu karena Arya Penangsang yang  menahan diri agar tidak turun tangan maut darinya setelah kematian Ki Ajar Wit Sunsang. “Apakah harus ada kematian lagi pada pertempuran ini?” tanyanya pada diri sendiri. Namun bila tetap bertahan pada tingkatannya saat itu tentu akan berakibat buruk pada dirinya sendiri. Hanya saja tetap bukan perkara mudah bagi Lembu Jati serta Nyi Poh Gemrenggeng untuk membuat Arya Penangsang tersudut. Bahkan Adipati Jipang tersebut seperti sedang melipatgandakan pertahanan untuk mengimbangi tekanan dua orang yang bertarung mati-matian itu.

Segala sesuatu seperti semakin menyulitkan dan membingungkan Nyi Poh Gemrenggeng yang berkemampuan lebih rendah. Betapa perempuan itu seakan merasa sedang berada di dalam pusaran angin yang sangat hebat dan sanggup menggulungnya. Dia merasa seolah-olah tengah berada di pusat prahara yang mengamuk. Keyakinannya meleset. Dia sebelumnya yakin bahwa jarak lebar antara kemampuannya dengan Arya Penangsang dapat diciutkan dengan kemauan kuat serta keterlibatan Lembu Jati. Segalanya sudah bergulir, waktu tidak dapat diputar dan Arya Penangsanglah yang paling mungkin dapat diminta agar menurunkan tataran ilmunya, tapi mungkinkah Nyi Poh Gemrenggeng berlutut lalu berharap iba pada Adipati Jipang tersebut?

Yang kemudian terjadi adalah Lembu Jati melepaskan segala yang tertahan sejak kehadiran Nyi Poh Gemrenggeng ke dalam gelanggang. Kawan dekat Kyai Rontek ini menjadi tidak sabar lagi. Keinginannya untuk mengakhiri hidup Arya Penangsang ternyata tidak dapat ditahan lebih lama. Pikirnya, dia tidak perlu peduli pada yang dirasakan Nyi Poh Gemrenggeng karena mereka berdua bertujuan sama, yaitu sama-sama menginginkan Arya Penangsang mati! “Lalu, buat apa aku memberinya ruang bila kemudian dia semakin menyulitkan keadaan?” Lembu Jati pun menghentak kemampuannya menjadi bertingkat-tingkat!

Perkembangan gerak Lembu Jati adalah langkah-langkah kakinya membentuk lingkaran yang berlapis-lapis mengurung Arya Penangsang. Sebaliknya, demi mengimbangi tata gerak yang aneh dari Lembu Jati, Arya Penangsang pun melakukan hal yang sama. Adipati Jipang tersebut memutari dan menghujani musuhnya dengan kibas lengan yang menyambar-nyambar. Keadaan yang demikian itu pun memaksa Nyi Poh Gemrenggeng yang secara tiba-tiba berada di tengah lingkaran perkelahian. Mendadak, perempuan itu merasakan dadanya terhimpit hingga hampir sulit bernapas. Udara di sekitarnya seperti terhisap keluar oleh sebab pusaran-pusaran yang timbul akibat benturan dua tenaga berkekuatan raksasa Amuk tenaga yang tidak pernah dijumpainya sepanjang hidup benar-benar menghisap segenap keberanian dan kemarahannya. Dalam waktu itu, Nyi Poh Gemrenggeng merasa seolah-seolah sedang dimanfaatkan oleh dua orang yang berjibaku keras sebagai pembatas, kadang-kadang sebagai tiang kayu yang digunakan sebagai pegangan atau pengalih perhatian. Nyali Nyi Poh Gemrenggeng menciut!

“Ini sungguh gila! Benar-benar gila!” geram Nyi Poh Gemrenggeng dalam hati, “aku akan terinjak jika tidak segera melepaskan diri atau setidaknya berada di tepi batas kekuatan mereka. Jika aku gagal, aku tidak akan dapat bertahan dalam keadaan ini.” Kepala Nyi Poh Gemrenggeng, meski dia termasuk berkemampuan tinggi, menjadi pening oleh sebab sulitnya bernapas di tengah-tengah amuk tenaga yang luar biasa itu. Dia sadar akan dapat kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Sekali waktu, dia  melompat tinggi tapi segera kembali menginjak tanah ketika seakan-akan ada sepasang tangan yang membetotnya turun. Kadang-kadang seperti ada orang yang memukulnya dari samping atau punggung. Sungguh, sebenarnya tidak ada satu pun – baik Arya Penangsang maupun Lembu Jati – yang berniat menghalanginya keluar tapi itu adalah lontaran tenaga liar yang tersembur dari mereka. Sungguh, Nyi Poh Gemrenggeng sudah kesulitan membentengi dirinya sendiri dari gempuran liar yang menghantam bertubi-tubi.

Dalam keadaan seperti itu, keadaan yang mendatangkan kesulitan bagi seorang perempuan, Arya Penangsang berpikir cepat agar Nyi Poh Gemrenggeng dapat keluar dari jurang kebinasaan. Meskipun perempuan itu berniat membunuhnya pada awal perjumpaan, tapi jika dalam keadaan wajar, bukankah dia adalah orang yang patut diberi belas kasih? Demikian yang menjadi pertimbangan Adipati Jipang tersebut di antara gencarnya serangan tajam Lembu Jati.

Tanpa pertimbangan sembrono yang dapat membahayakan keselamatannya, Arya Penangsang segera menyusun rencana kilat di dalam benaknya. Lembu Jati bukanlah lawan yang mudah bertindak ceroboh atau gegabah walau di atas angin, maka Arya Penangsang harus berhati-hati ketika membantu Nyi Poh Gemrenggeng agar dapat keluar dari keadaan yang sangat menggetarkan hati itu.

Lagi-lagi terjadi perubahan mendadak dalam pertarungan yang sangat seru itu. Sungguh, kekuatan Arya Penangsang belum seluruhnya terungkap tapi seseorang dapat merasakan sesuatu yang luar biasa. Ya, tubuh Nyi Poh Gemrenggeng tiba-tiba berputar-putar seperti gasing. Dalam waktu itu, pergerakan sama sekali bukan berasal dari keinginannya tapi ada sebuah kekuatan besar yang memutari tubuhnya. Kekuatan yang sangat hebat hingga mampu memaksa tubuhnya turut berputar-putar. Keadaan itu memengaruhi tekanan pertarungan dan sangat mengejutkan teman hidup Ki Ajar Wit Sunsang karena semakin tersiksa karenanya.

Demikian pula Lembu Jati yang terkesiap lalu melompat surut untuk sejenak menghentikan serangan!

Dan itulah buah kecerdikan Arya Penangsang yang memanfaatkan tarikan dari tenaga intinya yang sangat besar untuk menggerakkan tubuh Nyi Poh Gemrenggeng hingga seperti gasing. Debu dan kerikil kecil pun membumbung tinggi, berlapis-lapis sangat rapat lalu menghalangi pandangan Lembu Jati.

Maka Nyi Poh Gemrenggeng, pada waktu itu, sudah tidak berdaya dan merasa sangat lemah dan putus asa. Sepertinya sudah tertutup pintu selamat baginya dari pusaran maut yang tidak diketahui sebabnya! “Ada apakah ini? Ada apa? Apakah aku akan mati menyusul Ki Ajar?” batin Nyi Poh Gemrenggeng bertanya-tanya. Semakin kuat tenaga Arya Penangsang berputar dan terasa seolah-olah mencengkeram kuat sekujur tubuh Nyi Poh Gemrenggeng. Seiring dengan itu, Nyi Poh Gemrenggeng merasa semakin lama hingga tiada lagi sanggup menopang tubuh dengan sepasang kakinya. Ilmu Arya Penangsang kian kuat mengelilingi dan pula makin rapat seperti akan meremukkan tulang-tulang Nyi Poh Gemrenggeng.

Suara bergemuruh terdengar kuat. Kadang-kadang muncul selingan desing yang bernada tinggi. Secara mendadak dan tanpa dapat dilihat Lembu Jati, Arya Penangsang melakukan gerakan hebat yang menjadi sebab tubuh Nyi Poh Gemrenggeng terlontar keluar dari tengah gelanggang, jatuh terkulai lalu tak sadar diri.

Ada rasa tak percaya dalam diri Lembu jati menyaksikan hasil akhir pekerjaan Arya Penangsang. “Sungguh, anak Surawiyata itu seperti jelmaan iblis yang berbuat tanpa dapat terlihat! Ilmu apakah yang digunakannya?” geram Lembu Jati dalam hati dan juga merasa dibodohi Arya Penangsang. Namun, dia harus menyampingkan kegeramannya dan tak perlu berpikir lagi ketika Arya Penangsang tiba-tiba muncul membelah kerapatan debu dengan serangan yang menghancurkan!

Wedaran Terkait

Serat Lelayu 9

kibanjarasman

Serat Lelayu 8

kibanjarasman

Serat Lelayu 7

kibanjarasman

Serat Lelayu 6

kibanjarasman

Serat Lelayu 5

kibanjarasman

Serat Lelayu 4

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.