Padepokan Witasem
geger, alas krapyak, api di bukit menoreh, mataram, kiai gringsing, kiai plered, panembahan hanykrawati, agung sedayu
Bab 6 Geger Alas Krapyak

Geger Alas Krapyak 82

Simbara bukan lelaki muda yang banyak ditempa pengalaman tempur. Ia tidak dapat dibandingkan dengan Sukra yang sudah melewati berbagai kekacauan yang melanda Tanah Perdikan Menoreh. Sehingga, walaupun Ki Ramapati menyebut nama-nama penting yang dinilai dapat mengganggu pergerakan, Simbara sulit membuat rencana apalagi mengembangkan. Namun begitu, keberadaan Simbara bukan hal penting bagi Raden Atmandaru serta yang lain. Simbara, bagi mereka adalah jalan masuk yang dapat ditimbun dengan longsoran batu lalu dilupakan.

Tentu Ki Ramapati sudah mengetahui hal tersebut, maka ia telah mempertimbangkan segala kemungkinan yang bakal terjadi di Randulanang. Ia juga sudah membayangkan jalan keluar menuju Gunung Kendil bila kehadirannya diketahui oleh Pangeran Purbaya maupun Glagah Putih. Pada bagian utara Randulanang,a da gundukan tanah memanjang yang serupa dengan dinding benteng setinggi dada lelaki dewasa. Dengan menyisir benteng alam itu, Ki Ramapati akan dapat melewati batas pedukuhan lalu memasuki hutan kecil kemudian menuju Gunung Kendil walau harus memutar terlebih dahulu.

Setelah sekian waktu mengambang hingga menjelang senja, di tepi jalan, Ki Ramapati menyatakan bahwa itu adalah saat untuk bergerak menuju Randulanang. Raden Atmandaru mengangguk dalam-dalam dengan sorot mata penuh pengharapan yang menyimpan sesuatu yang dapat meledakkan seisi Mataram.

Dalam suasana itu, tampak beberapa orang sudah mulai berjualan makanan dan minuman untuk hidangan malam tanpa ada rasa khawatir yang tersirat di wajah. Mereka tidak pernah mengira bahwa tiga orang yang berada di dekat mereka sedang membayangi Mataram dengan kuku-kuku tajam serta siap menghisap habis darah mereka. Para pedagang tetap membawa dagangan seperti biasanya. Senja pun turun, sejumlah oncor mulai dipasang di bagian depan rumah-rumah penduduk. Obor-obo dinyalakan pada setiap persimpangan dan beberapa bagian jalan sehingga dapat membantu orang-orang yang masih mempunyai kegiatan. Para peronda dari pedukuhan atau kampung-kampung di dalam kotaraja pun mulai melakukan tugas, demikian pula prajurit ronda dari keprajuritan Mataram sendiri. Bahkan mereka meronda hingga mencapai tepi pematang sawah yang berada di pinggiran kota.

loading...

Seorang lelaki yang tidak lebih muda dari Agung Sedayu terlihat berjalan tegap mengawasi alun-alun dan sekitarnya. Ia berhenti setelah beberapa langkah. Dari sikapnya berdiri,  ia tampak seperti menunggu kedatangan seseorang. Cukup lama, ia mengamati suasana hingga tampak sekelebat seseorang yang berjalan cepat di bawah kegelapan. “Dalam keadaan seperti ini, aku kira tidak perlu ada kekacauan yang sengaja dibuat untuk menyusupkan Agung Sedayu ke dalam keraton,” ucap lelaki itu yang ternyata adalah Raden Mas Rangsang. Pikirnya, barangkali memang  ada sedikit telat bagi orang-orang yang berada di Kepatihan untuk bergerak demi menghindari pengawasan kelompok Raden Atmandaru. Pada waktu itu, Raden Mas Rangsang pun harus berpikir ulang sebelum memutuskan untuk menjemput orang yang mendahului Agung Sedayu. “Sangat berbahaya bila tiba-tiba aku bergerak atau berseru memanggil orang itu,” ucap Raden Mas Rangsang dalam hati, Lantas ia memutuskan untuk menunggu.

Lima peronda melintas di depan gerbang keraton, menganggukkan kepala pada Raden Mas Rangsang karena mengira bahwa orang yang tegak berdiri itu adalah perwira jaga yang sedang bertugas. Putra Panembahan Hanykrawati pun membalas anggukan dengan cara yang sama disertai senyum hangat.

“Udara terasa panas, Ki,” kata salah seorang peronda sambil lalu.

“Beginilah keadaan sekarang, Ki Sanak. Kadang kala kita berharap ada gerimis ketika musim kemarau panjang tapi ternyata awan tidak mendengarkan,” balas Raden Mas Rangsang dengan cara yang sopan.

“Waspadai api, Ki Sanak. Angin sepertinya tak cukup bersahabat pada malam ini,” kata peronda lainnya.

“Saya akan berhati-hati…dan untuk Ki Sanak, selamat bertugas,” ucap Raden Mas Rangsang sambil menggerakkan tangan sebagai tanda hormat.

Agak jauh dari tempat Raden Mas Rangsang berdiri, mungkin tiga puluh atau empat puluh langkah, Kinasih dapat memperhatikan percakapan ringan itu dari persembunyiannya di utara gerbang keraton. Bila memperhatikan bahasa tubuh lelaki yang berada di sisi gerbang, Kinasih menduga bahwa orang itu telah mengetahui kehadirannya. “Tentu saja ia bukan sembarang orang bila berani tanpa tedeng aling-aling di depan gerbang walau ada prajurit di gardu,” bisik Kinasih dalam hati. Dari hatinya muncul keraguan untuk menjalankan siasat Ki Patih Mandaraka dan Nyi Ageng Banyak Patra. Menurut pengamatan Kinasih, suasana di sekitar alun-alun tidak cukup pantas untuk dirusak dengan kekacauan. Pengamanan kotaraja cukup baik. Bahkan, justru akan dapat menimbulkan akibat buruk yaitu menjadikan lawan semakin siaga. Ini benar-benar ketenangan yang menipu banyak orang, pikir Kinasih. Dalam keadaan demikian, Kinasih memutuskan untuk menunggu Agung Sedayu. Yah, senapati pasukan khusus itu tentu akan membuat keputusan cepat bila Kinasih tidak segera menyulut kerusuhan di tengah kota.

Pada saat waktu semakin mendekati tengah malam, sepeninggal Kinasih, Agung Sedayu bergeser tempat. Kali ini ia bergerak menuju sudut alun-alun yang berjarak lebih dekat ke gerbang keraton. Sosok lelaki yang berdiri di dekat gerbang pun dikenalinya.

“Raden Mas Rangsang,” ucap Agung Sedayu dalam hati. Ia pernah beberapa kali bertemu dengan  cucu Panembahan Senapati guna membicarakan perkembangan pasukan khusus di Tanah Perdikan Menoreh. Maka Agung Sedayu cukup baik mengenali gerak gerik dan tubuh lelaki yang jarang terlihat mengungkan kemampuannya dalam olah kanuragan. Ruang-ruang di dalam pikiran Agung Sedayu dipenuh dengan soal jawab mengenai cara untuk masuk tanpa menimbulkan kecurigaan. Sebagai orang yang berpengalaman luas dalam pertempuran, Agung Sedayu dapat meraba bahwa di sekitarnya ada banyak petugas sandi dari pihak lawan. Bila dirinya kedapatan atau terlihat oleh lawan, maka keberadaannya akan mempengaruhi siasat Raden Atmandaru.

Itu adalah waktu yang cukup lama bagi Agung Sedayu untuk menunggu kelanjutan pergerakan Kinasih. Namun pesan Ki Patih Mandaraka tetap harus dijalankan penuh kesabaran.

“Diakui dengan rela atau tidak, keberadaanmu sangat mempengaruhi jiwani pengikut Raden Atmandaru,” kata Ki Patih Mandaraka sebelum Agung Sedayu dan Kinasih meninggalkan istana kepatihan. “Jika kita tetap dapat menjaga kerahasiaan ini, mereka sudah pasti dalam keadaan terombang-ambing. Bagaimanapun, kecerdasan dan kekuatanmu adalah kayu penghalang yang cukup besar di hadapan mereka.”

Ucapan Ki Patih Mandaraka tidak menjadikan Agung Sedayu besar kepala. Justru ia merasa gelisah karena tahu bahwa dirinya adalah mangsa sekaligus pemburu. Ia tidak dapat memberi ruang untuk sebuah kesalahan baik sebagai mangsa atau pemburu. Tidak boleh ada!

“Mudah-mudahan Kinasih tidak melakukan suatu perbuatan atau pergerakan,” kata Agung Sedayu pada dirinya di dalam hati. Gadis itu masih belum dapat dianggap berpengalaman meski bernalar tajam dan berilmu tinggi. Kematangan jiwani pun menentukan hasil akhir yang diharapkan Ki Patih Mandaraka. “Namun rasa-rasanya Kinasih memang tidak bergerak sama sekali,” ucap Agung Sedayu sekali lagi pada dirinya sendiri ketika ia tidak melihat tanda-tanda keonaran yang bakal dimunculkan Kinasih.

Agung Sedayu telah menempati kedudukan yang diinginkannya. Ia terlindung oleh tirai kegelapan. Penglihatan para peronda, baik dari Mataram maupun lawan, akan sulit melihat keberadaannya. Untuk sejenak waktu, Agung Sedayu membuat perkiraan jarak waktu antar peronda saat melintasi garis semu yang akan dilewatinya. Bila ia berhasil melakukannya, maka pertemuan dengan Raden Mas Rangsang pun menjadi semakin dekat.

Wedaran Terkait

Geger Alas Krapyak 92

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 91

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 90

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 9

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 89

kibanjarasman

Geger Alas Krapyak 88

kibanjarasman

2 comments

esmb 21/11/2023 at 11:25

Semakin menarik….

Reply
kibanjarasman 13/01/2024 at 08:39

matur nuwun

Reply

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.