Padepokan Witasem
arya penangsang, pangeran benawa, silat pajang, demak
Bab 10 Lamun Parastra Ing Pungkasan

Lamun Parastra Ing Pungkasan 18

Sementara dalam benturan yang sangat hebat itu, kemampuan Gagak Panji terungkap secara nyata. Gagak Panji mengubah segenap sudut pandang yang menyatakan demikian ; kemampuan rangga dianggap selalu berada di bawah tumenggung tetapi tidak pada hari itu! Sejumlah senapati yang berkedudukan sama dengan dirinya mengakui dalam hati mereka bahwa seorang rangga Demak yang bernama Gagak Panji, yang menyeberang ke sisi Blambangan, adalah bukti nyata yang memutar balik kewajaran yang terjadi di dalam dunia olah kanuragan.

Perang tanding yang tergelar di atas permukaan laut adalah bukti kecerdasan dan kemampuan yang sedemikian tinggi. Bagaimana mereka berdua dapat menjaga diri agar tidak tenggelam? Bagaimana pakaian mereka masih tetap kering? Ini seolah-olah mereka telah bersahabat dengan seluruh unsur dan sifat air. Hempasan tenaga yang liar berhamburan menciptakan bergulung-gulung gelombang yang sanggup memecahkan perahu nelayan. Gemuruh udara yag terjadi di sekitar lingkaran mereka benar-benar terdengar bagaikan pusaran angin ribut yang mengerikan. Daya hisap dan lontaran yang timbul dari pusaran angin pun mengungkapkan kekuatan yang sangat dahsyat. Kekuatan ini tidak main-main karena sanggup menarik sebuah kapal perang, kemudian melemparkannya hingga belasan tombak.

Mereka terus bergerak. Namun terlihat bagaikan melayang-layang di atas laut. Saling menyambar seperti elang laut. HIngga sedemikian jauh mereka bertempur, belum sekali terlihat salah satu dari mereka, baik Gagak Panji atau Raden Trenggana, yang menyelam! Banyak kemungkinan yang menjadi sebab mereka belum mengubah cara bertanding. Adu kekuatan ini, sejauh ini, masih berada di atas laut dengan sepasang kaki mereka yang sedikit sekali melakukan sentuhan dengan bagian permukaan.

Pertarungan meningkat tajam. Semakin sengit dan semakin jauh dari kewajaran!

loading...

“Ini…sungguh, berada di luar perkiraanku sebelumya,” desis Ki Tumenggung Wadas Palungan. Seorang senapati yang berdiri di sampingnya kemudian mengangguk setuju. Mereka berdua telah melewati banyak pertempuran di sisi Raden Trenggana, tetapi mereka belum pernah melihat panglima tertinggi Demak itu bertarung dengan kekuatan penuh.

Jauh sebelum kapal-apal perang Demak mencapai garis pantai Panarukan, mereka telah membuat perkiraan dan perbincangan rahasia mengenai kemungkinan Raden Trenggana turun laga dan orang yang menjadi lawannya. Mpu Badandan dan Hyang Menak Gudra adalah dua nama yang banyak disebut-sebut akan muncul sebagai penantang. Orang-orang Demak mengabaikan kesediaan Pangeran Tawang Balun untuk menghadapi Raden Trenggana. Sulit bagi Pangeran Tawang Balun meladeni kemampuan keturunan Raden Fatah itu. Bukan sulit dalam batasan kanuragan, tetapi rumit secara jiwani. Sesungguhnya, ketika Gagak Panji bertempur melawan Raden Trenggana, itu  tidak berbeda dengan Pangeran Tawang Balun yang melakukan perang tanding. Pangeran Tawang Balun adalah paman dari Raden Trenggana dari jalur ayah. Betapa rumit hubungan mereka dalam pertalian darah.

Jauh dari kerumunan orang-orang Blambangan, dari tepi laut sekitar belasan tombak dari garis pantai, Pangeran Tawang Balun memandang pertarungan itu dengan kekaguman yang disembunyikan di dalam hatinya. Ia tidak mengira bahwa Gagak Panji sangup mengimbangi kemampuan Raden Trenggana dalam waktu yang cukup lama. “Apakah Wayah Gagak Panji masih menyimpan kejutan?” tanya Pangeran Tawang Balun pada dirinya sendiri. Ia belum melihat kemungkinan ilmu Bumi Handaru akan digelar oleh Gagak Panji. Ia telah mengetahui kekuatan hebat yang ada pada ilmu itu, tetapi bagaimana jika Gagak Panji mengungkapnya di permukaan?

Sementara di tengah-tengah barisan prajurit Blambangan yang berada di atas pasir putih, Mpu Badandan menebar pandang untuk melihat wajah-wajah senapati di sekelilingnya. Maka, guru Gagak Panji itu mendapati bahwasanya orang-orang telah membeku seolah tersihir menjadi patung sepanjang waktu perang tanding. Bukan sesuatu yang mengherankan karena laga di atas laut itu jauh lebih menggetarkan dan nggrigisi dibandingkan puluhan kapal perang yang saling menembakkan besi-besi api serta batu-batu besar dari geladak.

Kekuatan yang terlontar dari perang tanding itu jauh lebih merusak dan lebih menghancurkan! Kengerian benar-benar muncul dalam hati prajurit Blambangan. Mereka membayangkan seandainya Gagak Panji tetap berada di pihak Demak, tentu mereka akan menjemput kekalahan lebih awal. Detak jantung mereka, barangkali, jauh lebih cepat dibandingkan dua orang yang sedang beradu ilmu di lautan. Mereka pernah menjadi saksi ketinggian ilmu Raden Trenggana ketika Blambangan mengambil bagian dalam penaklukan yang dilakukan Demak. Maka rasa cemas pun menghantui perasaan prajurit Blambangan. Mereka baru melihat kemampuan Gagak Panji ketika membendung gebrakan demi gebrakan Gending Pamungkas. Tetapi melawan penguasa tertinggi Demak? Bisa jadi, boleh jadi, Gagak Panji akan menjemput ajal dan mendapatkan sebuah cap sebagai pengkhianat yang mati tanpa arti.

Hingga kelamnya malam melewati pertengahan, dua orang yang bertempur masih terlihat saling serang dan mendesak. Banyak orang hanya dapat melihat perang tanding itu dari kilatan-kilatan cahaya yang menyambar setiap kali terjadi benturan kekuatan tingkat dewa. Mereka kesulitan melihat kecepatan gerak mereka berdua di dalam selubung malam.

Apakah udara menjadi semakin panas di sekitar mereka? Sedikit yang tahu. Apakah udara menjadi semakin dingin di sekeliling lingkaran perang tanding? Sama, sedikit yang tahu. Pertempuran seperti semakin sulit diperkirakan hasil akhirnya. Dan juga lebih sulit bila ditanyakan : kapan berakhirnya? Itu karena kemampuan mereka berada di luar jangkauan senapati masing-masing kubu. Baik Raden Trenggana maupun Gagak Panji sama-sama mempunyai pengetahuan untuk membalikkan sifat air dan udara. Mereka dapat mengubah air menjadi tameng pertahanan dan senjata yang mematikan. Semuanya tergantung kehendak dan perkembangan perkelahian mereka.

Wedaran Terkait

Lamun Parastra Ing Pungkasan 9

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 8

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 7

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 6

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 5

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 4

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.