Padepokan Witasem
arya penangsang, pangeran benawa, silat pajang, demak
Bab 10 Lamun Parastra Ing Pungkasan

Lamun Parastra Ing Pungkasan 17

Masing-masing panglima perang itu sama-sama menguasai cara membalikkan tenaga dorong menjadi serangan kilat yang berbahaya. Mereka berdua sama-sama mampu mengubah pertahanan menjadi serangan balik yang mematikan. Ini adalah perkelahian yang tidak terjadi dengan cara biasa!

Bila seseorang dapat melihat dari dekat dan sanggup menatap mata mereka, niscaya orang itu dapat merasakan bahwa pandang mata dua orang itu telah memperlihatkan ilmu yang sangat dalam. Sorot mata yang menggambarkan ketenangan serta keberanian untuk bertempur dalam segala keadaan dan medan. Perkelahian itu seolah menjadi ukuran sesungguh dari kekuatan utama yang dimiliki Demak maupun Blambangan.

Ketika Gagak Panji mengubah kepalan menjadi sepuluh jari tangan yang mengembang, Raden Trenggana sedikit melambatkan gerakan. Tubuhnya seperti akan jatuh lalu tenggelam. Dan memang seperti itu hingga sepasang lututnya tercelup air laut, tiba-tiba, diawali dengan ledakan keras, Raden Trenggana melesat ke samping dengan kecepatan luar biasa. Air laut bercipratan kemudian membeku, lalu mengarah pada Gagak Panji seperti pasak-pasak yang terbuat dari logam putih! Gagak Panji bergerak mengikuti arah lawan, membuat gerakan rumit lalu membalas serangan Raden Trenggana dengan cara yang sama. Mengubah air menjadi benda yang kaku dan tajam!

Sejumlah senapati yang berkepandaian tinggi sempat memekik terkejut. Mereka terperangah dengan mulut terbuka! Itu, bagaimana dapat terjadi secepat mata berkejap?

loading...

Tapi hanya sedikit waktu yang mereka punya untuk membuat perkiraan atau dugaan-dugaan, Perkelahian seru kembali meletus. Sepasang lengan kembali berayun dalam perkelahian jarak dekat. Dua pasang kaki saling menebas disertai buliran air yang berubah menjadi beku. Mulut Gagak Panji terkunci rapat, demikian pula Raden Trenggana yang sudah meletakkan kedudukan sebagai penguasa tertinggi Demak ketika mereka memulai perkelahian.

Tidak selamanya mereka dapat saling menangkis, berkelit atau mengelak. Sekali waktu mereka harus menerima hantaman atau tendangan. Meski demikian, dua orang itu adalah panglima perang yang telah mencapai lapisan puncak penguasaan ilmu kanuragan. Ketika jari-jari mengembang dari Gagak Panji menyentuh kepala Raden Trenggana, maka ia dapat merakan betapa tulang tengkorak lawannya berubah menjadi lunak. Begitu pula Raden Trenggana yang dapat menyusupkan tendangan pada lambung Gagak Panji, maka Raden Trenggana dapat merasakan kulit perut yang secadas batu karang. Mereka begitu mudah mengubah keadaan wadag ketika kebobolan, lalu mengubahnya lagi ketika menyerang. Mereka seperti tidak lagi membutuhkan senjata ketika sepasang lengan dan kaki telah berkemampuan melebihi senjata paling tajam yang digunakan dalam peperangan.

Mpu Badandan tidak melewatkan pertarungan sengit yang belum tentu terulang dalam satu dasa warsa ke depan. Ia menilai Gagak Panji berada di dalam kesulitan mengobrak pertahanan Raden Trenggana yang sangat ketat. Ditambah kemampuan khusus Raden Trenggana melunakkan tulang, maka Gagak Panji harus menghentak kemampuannya hingga batas tertinggi. Kenyataan lain yang dilihat Mpu Badandan adalah kelebihan Gagak Panji yang belum pernah disaksikannya ; ragam gerak kanuragan yang tiba-tiba menjadi aneh tetapi mengandung keindahan yang sukar dilukiskan. Padahal, nyaris seluruh kemampuan Gagak Panji berasal darinya. Ini yang membuat Mpu Badandan terkejut dengan perkembangan muridnya. Perkembangan yang sanggup mengacaukan perhatian lawan yang sedang terhimpun!

Pertempuran dua orang di atas permukaan laut itu jauh dari kata surut. Mereka masih berloncatan, beralih arah dengan sudut-sudut yang tajam, serta masih saling mengayunkan lengan dan kaki tetapi perkelahian itu semakin sulit diikuti oleh indra penglihatan orang berilmu tinggi. Sebagian senapati mulai merasa pening mengikuti perpindahan lingkaran perkelahian yang sedemikian cepat. Dari perkelahian mereka terdengar ledakan berulang-ulang. Terungkap pula kekuatan sesungguhnya dari mereka berdua. Lontaran-lontaran tenaga berhamburan begitu liar dan sering menimbulkan gelombang seperti ketika terjadi badai. Kadang-kadang segumpal air berukuran besar terangkat dari permukaan, terlontar deras dengan kekuatan yang sanggup membalikkan perahu nelayan.

“Aku tahu karena Lis Prabandari dan Rakai Panangkaran belum memberitahukan sedikit pun padamu. Banyak orang-orang yang terhormat dapat membuat ciptaan hebat atau melakukan perbuatan hebat ketika mereka secara tepat memilih orang untuk dipercaya."

Nir Wuk Tanpa Jalu 

Sungguh, mereka bertarung dengan kemampuan di atas rata-rata orang yang mempunyai kepandaian tinggi. Air hampir-hampir kehilangan sifatnya yang dapat membuat basah benda-benda yang tersentuh. Tubuh Gagak Panji dan Raden Trenggana hanya terciprat air sedikit saja jika tidak dapat dikatakan pakaian mereka masih kering.

Raden Trenggana mempunyai sebangsal ilmu dan tenaga raksasa yang terhimpun dari kekuatan yang ada di sekitarnya. Ia mampu menyerap udara dingin, lalu mengolahnya menjadi angin panas yang mematikan. Ini benar-benar ilmu yang terungkap dengan cara yang sulit dirunut dengan nalar sehat.

Wedaran Terkait

Lamun Parastra Ing Pungkasan 9

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 8

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 7

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 6

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 5

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 4

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.