Padepokan Witasem
arya penangsang, pangeran benawa, silat pajang, demak
Bab 10 Lamun Parastra Ing Pungkasan

Lamun Parastra Ing Pungkasan 1

“Angger Gagak Panji!” pelan Mpu Badandan menyebut nama murid tunggalnya itu.

Yang terjadi sebenarnya di tengah samudera luas itu adalah Gagak Panji tengah memusatkan rasa dan ciptanya untuk mengangkat sebagian air sebagai perlindungan bagi Semambung. Sekalipun orang yang sebelumnya memberi pengabdian pada Demak ini tidak pernah mempelajari ilmu Lindu Segara, tetapi ia sangat mengenal unsur dan watak dari ilmu yang benar-benar nyaris sempurna dikuasai oleh Semambung. Gagak Panji paham bahwa kemunculan Semambung akan disambut oleh puluhan bahkan ratusan bola besi panas, sedangkan pada saat itu, ia kehabisan anak panah. Tetapi suasana mencekam itu sama sekali tidak mempengaruhinya. Bilah papan Gagak Panji meliuk-liuk lincah seperti menari di atas debur ombak dan deru angin kencang. Tidak sejengkal pun terlihat Gagak Panji bergeser tempat dari kakinya berpijak pada bilah papan. Seperti tidak terganggu oleh kesibukan dan bahaya yang akan menghantamnya, Gagak Panji memutuskan untuk memasuki lingkaran tempat yang telah ditandai oleh Raden Trenggana.

Pada permukaan yang lain, pasukan sampan Blambangan telah terlibat pertempuran sengit di atas kapal-kapal perang Demak. Mereka seolah tidak terpengaruh oleh kedahsyatan yang terjadi di sekitar mereka. Mereka memang diperintahkan oleh Mpu Badandan dan Hyang Menak Gudra untuk mengabaikan segala sesuatu yang terjadi di atas atau di bawah permukaan laut.

Pasukan sampan Blambangan yang terdiri dari orang-orang berkemampuan khusus ini dengan cekatan melepaskan paser-paser kecil ke segala penjuru. Sementara satu tangan mereka sibuk melepaskan senjata rahasia, satu tangan yang lain secara terus menerus memutar senjata menghantam prajurit lawan yang berada dalam jangkauan mereka.

loading...

Dari bawah permukaan laut, tubuh Semambung meluncur deras melebihi kecepatan anak panah di angkasa. Air di sekelilingnya membuih dan rapat menyelimuti sekujur tubuhnya. Dari jarak yang tak cukup jauh, Ki Jala Sayuta menyusul di belakang Semambung. Keadaan Ki Jala Sayuta yang berada dalam lintasan yang lurus di bawah Semambung menjadikannya dapat merasakan air telah berubah menjadi panas.

“Sangat hebat!” kata Ki Jala Sayuta dalam hatinya. Meski sebenarnya ia terkejut dengan lontaran ilmu Lindu Segara secara tidak langsung, tetapi ia dapat memperkirakan lapis tenaga inti yang bersemayam dalam diri lawannya. Semakin ia menambah kecepatan, maka air semakin panas dan mampu menghalangi laju Ki Jala Sayuta. Sekejap kemudian ia mengembangkan telapak tangannya dan mengubah haluan. Ki Jala Sayuta mengambil jalur sedikit melengkung. Ia merasa harus melakukannya karena hempasan Lindu Segara semakin kuat dan semakin panas. Ki Jala Sayuta sudah tidak mempedulikan jarak antara dirinya dengan Semambung yang menjadi lebih jauh.

Kurang dari beberapa jengkal lagi Semambung akan menyembulkan kepalanya di permukaan. Tiba-tiba suara menggelegar yang berasal dari lambaran ilmu Gelap Ngampar memberi perintah untuk melepaskan bola-bola besi.

“Sekarang!” perintah Raden Trenggana menyeruak memenuhi angkasa hingga terdengar lebih keras dari suara-suara ledakan dan kebisingan lainnya. Berikutnya adalah bola besi panas datang menghujani perairan yang telah ditandai olehnya.

“Untuk kebebasan!” desis Gagak Panji. Ia melesat ke atas secepat burung rajawali lalu memutar tubuh dan melepaskan pukulan jarak jauh pada titik yang menjadi sasaran meriam kapal Demak. Angin  pukulan dari ilmu Bumi Handaru telah mempengaruhi kecepatan bola-bola besi yang terlontar. Selain itu, hempas angin dari ilmu yang sangat dahsyat telah mengubah banyak bola besi sehingga lontaran dari kapal perang Demak pun banyak yang tidak mencapai sasaran.

Kembali terjadi ledakan yang membahana saat inti tenaga Gagak Panji menghantam permukaan air laut. Air laut bergolak membentuk semacam dinding yang melingkari pusat sasaran tempat Semambung keluar dari dalam laut. Ciprat air begitu tinggi bahkan lebih tinggi dan tebal dibandingkan saat Gagak Panji melontarkan empat anak panahnya bersamaan. Satu atau dua kapal perang Demak yang berada lebih dekat dengan pusat bidikan pun terbalik ketika mendadak air yang berada di bawah mereka bergejolak tinggi.

Dalam jarak yang sangat dekat dengan permukaan air, Semambung mengetahui bahwa tenaga inti tingkat tinggi akan datang menghajarnya bila ia tidak segera mengubah arah. Ia mengenal Gagak Panji lebih dekat dibandingkan ia mengenal saudaranya sendiri, maka pengalamannya saat berlatih tanding – dengan lelaki yang digembleng secara keras oleh Mpu Badandan – telah menjadikannya mengerti bahwa Gagak Panji sedang melindungi dirinya dari jangkauan maut. Segera ia mengibaskan tangan dan kakinya menjejak ke belakang tetapi angin pukulan Bumi Handaru datang lebih cepat dari geraknya. Tenaga besar Gagak Panji pun menghentak air dan gelombang di bawah permukaan menghempas Semambung lalu menggulung tubuhnya. Dalam waktu itu, Ki Jala Sayuta pun tersapu ombak bawah laut menuju arah yang sama dengan Semambung.

Sekalipun ilmu Raden Trenggana dikabarkan melebihi Gunung Merapi namun ia pun terkejut dengan kemampuan Gagak Panji. Untuk sesaat ia menebar pandang untuk mencari sosok Gagak Panji yang terkadang menghilang di balik debur ombak yang tinggi.

 

Bagian sebelumnya : Bab 9 – Pertempuran Panarukan

Wedaran Terkait

Lamun Parastra Ing Pungkasan 9

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 8

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 7

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 6

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 5

kibanjarasman

Lamun Parastra Ing Pungkasan 4

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.