“Sebut nama agar mudah bagi orang yang akan mencari kuburanmu karena kami diperintahkan untuk menghukum mati setiap pemberontak!” perintah salah satu lurah Mataram. Orang berpakaian
Salah seorang anak buah Mpu Rawaja kemudian berjongkok lalu menggetarkan bibirnya menirukan suara burung gagak. Ia membuat nada yang hanya dapat dikenali oleh orang-orang Ki
Kepercayaan diri dan keyakinan Ki Sindur Jombor, secara mantap, dapat membawa pertarungan setingkat lebih tinggi. Walau demikian, Ki Sindur Jombor juga kesulitan menjauhkan diri dari
Namun kesadaran diri bahwa ilmunya belum teruji agar dianggap setara dengan Arya Penangsang ternyata belum menguasai perasaan Nyi Poh Gemrenggeng. Perempuan berusia lebih separuh baya
Benturan keras pun terjadi sangat cepat! Lebih keras daripada sebelum kedatangan orang ketiga. Lingkar perkelahian mereka kadang-kadang meluas, kadang pula menyempit. Mereka saling sambar dan
Sungguh, keadaan itu bukanlah suatu perkara membuat mereka mudah menempati kedudukan yang menguntungkan secara jiwani. Sebagian dari pengikut Raden Atmandaru dirundung gelisah tanpa sebab, walau
“Pendapat Kiai dapat saya terima,” ucap Raden Atmandaru dengan mata berkilat. “Mengosongkan Mataram adalah ujian yang sesungguhnya, tapi kita tahu bahwa itu sangat sulit dilakukan.
Adipati Jipang tersebut tidak menyahut. Sekilas dia memandang kedudukan Lembu Jati lalu mengubah cara bertempur. Mula-mula Arya Penangsang melompat ke tepi lingkaran yang seakan menjauhi
Sebenarnyalah keadaan yang sama juga terjadi pada pihak Raden Atmandaru. Sebagian pengikutnya dirundung gelisah seolah sedang menunggu diterkam pemangsa yang berada di balik gerumbul liar
Pada waktu itu, Raden Mas Rangsang menyembunyikan senyum. Ada rasa bangga sekaligus kelegaan ketika mengetahui ketajaman nalar Agung Sedayu di atas papan. Maka rencana tambahan
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.