Padepokan Witasem
Pajang, Gajahyana, majapahit, Lembu Sora, bara di borodubur, cerita silat jawa, padepokan witasem, tapak ngliman
Bab 1 Dua Utusan

Dua Utusan 8

Ki Swandanu lalu melanjutkan, ”Memang benar seperti yang dikatakan Angger Bondan. Saya maksudkan adalah memang benar ada perubahan akibat dari pengaruh orang-orang besar. Semenjak kehadiran beberapa orang asing di tengah-tengah lingkaran Ki Juru Manyuran, suasana Pajang mengalami peralihan yang berbahaya. Agaknya mereka berasal dari tanah seberang. Cara bicara dan pakaian menunjukkan bahwa mereka berasal dari negeri yang sama dengan orang-orang yang pernah bergabung dengan Ra Dyan Wijaya.”

Kemudian Ki Hanggapati menambahkan, ”Mereka berjumlah lebih dari lima orang. Di antara mereka, sekitar empat orang mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Menurut kabar yang dibawa oleh pengamat Pajang, mereka telah bergabung menjadi satu kelompok dengan seseorang di Pajang. Ki Swandanu telah menyebut nama, Ki Juru Manyuran. Orang-orang Pajang mengenal Ki Juru Manyuran sebagai orang yang mempunyai hubungan sangat luas dan teman-teman yang begitu banyak. Tentu saja itu akan menambah kekuatan mereka. Pengamat dari Pajang juga mengatakan sejumlah bagian kecil dari kelompok mereka telah membuka satu perkampungan di lereng sebelah barat Merbabu. Mereka berjalan melingkari Merbabu dalam jangka waktu yang cukup lama.”

Seekor gajah yang roboh ternyata tidak memberikan keuntungan bagi pasukan Sumur Welut karena Mpu Tandri bertarung melebihi seekor gajah. Dan setiap kali tombaknya mematuk selalu dapat merobohkan selingkaran prajurit di sekitarnya. Langit Hitam Majapahit Bab 14

“Di tambah dengan kedatangan beberapa kelompok yang berjumlah kecil, menurut pengamat Pajang, mungkin mereka sekarang berjumlah sekitar seribu orang,” Ki Swandanu menutup penjelasan.

Mereka berlima belum tiba pada akhir pembicaraan ketika matahari telah bergulir melewati garis tengah langit. Seorang perempuan setengah baya membawa jamuan makan siang ke pendapa.

loading...

“Silahkan dinikmati dulu sambil kita lanjutkan pembicaraan ini. Kiai berdua, bukan kami tidak memperhatikan semua keterangan, hanya sementara bahan-bahan dari Ki Swandanu dan Ki Hanggapati belum dapat dikatakan cukup untuk memberi arah bagi Bondan selanjutnya,” lembut suara Nyi Retna terdengar sembari meminta orang-orang untuk menikmati hidangan yang tersaji.

Nyi Retna berkata lagi, ”Kita kesampingkan dulu permasalahan Pajang dan kekuatan baru yang dikabarkan begitu kuat.

“Saya ingin mengatakan tentang satu hal.

“Saya telah lama menunggu kabar dari Angling Dhyaksa. Kabar yang akan melegakan hati saya sebagai orang yang telah mendampingi Bondan dalam kurun waktu setahun ini. Saya berharap, seperti harapan Resi Gajahyana dan banyak orang lainnya, bahwa tidak akan terjadi hal buruk bila saat itu tiba.”

Orang-orang tidak keberatan dengan permintaan Nyi Retna, mereka segera melakukan pembicaraan yang terkait dengan kepentingan  lain yang tidak kalah mendesak. Satu urusan yang benar-benar menempatkan Bondan sebagai pusat peristiwa.

“Kedatangan Paman berdua sebagai pembawa berita sudah pasti terdengar seperti musim hujan yang akan tiba pekan depan. Begitu sejuk dan menyenangkan. Memang benar, bibi sedang mengharap dapat mendengar kabar yang cukup baik. Apakah berita itu sesuai dengan keinginan saya? Saya tidak dapat menjawab karena pikiran dan perasaaan sedang sulit dikendalikan ke arah yang sesuai dengan harapan bibi.” Terdengar Bondan menghela napas panjang. Sedikit wajahnya terangkat lalu memandang orang-orang di sekitarnya. Katanya lagi, “Saya telah berlalu dan berjalan dari hutan ke hutan, melintasi ladang-ladang telanjang sambil membelah rumpun-rumpun bambu yang lebat dan rapat. Dan cukup menyedihkan bahwa selama perjalanan itu saya masih bertanya tentang tujuan sebenarnya di kotaraja. Sejak pertempuran Sumur Welut, saya tidak pernah selangkah meninggalkan dinding kota. Lantas saya bertanya, akankah waktunya tiba?”

Nyi Retna menyunggingkan senyum, lalu berkata, “Karena selama semusim atau lebih dari itu, atau bahkan kurang, engkau mungkin terlalu cepat mengambil keputusan. Tidak ada seorang pun yang akan membuatmu merasa bersalah, Ngger. Namun bila engkau bertanya tentang sebuah masa, sebenarnya para pedagang dan petani, nelayan dan para prajurit mempunyai urusan yang berbeda tetapi mereka dapat berhimpun pada titik tertentu. Walau titik itu dikelilingi oleh senjata yang tersembunyi sangat baik di bawah tanah, mereka akan bertemu dengan pasti. Semua perencanaan dan harapan sering kali mempunyai pamungkas, dan tidak sedikit yang lep[as berhamburan tanpa kejelasan.”

Demikianlah kemudian orang-orang yang berada di pendapa melakukan pembahasan mengenai kelengkapan yang akan menyertai Bondan. Mengenai segala sesuatu yang menggembirakan banyak orang di Pajang dan Trowulan.

Wedaran Terkait

Dua Utusan 7

kibanjarasman

Dua Utusan 6

kibanjarasman

Dua Utusan 5

kibanjarasman

Dua Utusan 4

kibanjarasman

Dua Utusan 3

kibanjarasman

Dua Utusan – 2

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.