“Mungkin tidak seorang pun dari senapati Demak yang dapat mengalahkannya,” gumam Raden Trenggana dalam hatinya. Banyak kemungkinan yang dipikirkan, namun satu hal : Raden Trenggana
Sekejap kemudian – seiring dengan kecepatan Nyi Ageng Banyak Patra yang makin meningkat – Ki Manikmaya mengubah aliran kaki yang pada mulanya bergerak seperti lingkaran
Suasana masih tampak hening. Belum satu pun para petinggi Mataram yang berada di tempat itu terlihat bersuara hingga orang asing itu kembali berteriak, “He, Mataram!
”Ingat baik-baik semua pesan Resi Gajahyana, Ngger,” berkata Ki Swandanu ketika tubuh Bondan telah tergantung. Melihat Bondan dan Ki Swandanu menunjukkan kesiapan, lantas dua perondan
Demikianlah setelah dalam beberapa waktu rombongan itu pun telah melintasi kali Opak. Kemudian melintasi beberapa jalan pedukuhan yang menghubungkan tempat yang dulu merupakan sebuah hutan
“Kasihan anak itu,” desis Syech Winong, “sepertinya adi Kunto Pambudi harus lebih serius memperhatikan perkembangan anak itu, Resa Demung. Apa yang kau ceritakan itu telah
Gerimis datang setelah ledakan hebat mendentum dari gelanggang perkelahian Ki Patih Mandaraka. Guntur tiba ketika air pertama terserap oleh permukaan tanah. Seolah tersadar dari kekagumannya
“Angger Gagak Panji!” pelan Mpu Badandan menyebut nama murid tunggalnya itu. Yang terjadi sebenarnya di tengah samudera luas itu adalah Gagak Panji tengah memusatkan rasa
Sementara itu, di bawah permukaan air laut yang bergolak, lumpur dan pasir laut melayang berhamburan akibat dentum hebat benturan dua tenaga raksasa. Air laut menjadi
Empat orang penunggang kuda itu berjalan beriringan dan berpasangan. Bondan tampak di depan bersama Ki Swandanu, di belakang mereka teriring Ki Hanggapati beserta Ken Banawa.
error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.