Padepokan Witasem
Pajang, Gajahyana, majapahit, Lembu Sora, bara di borodubur, cerita silat jawa, padepokan witasem, tapak ngliman
Bab 4 Tapak Ngliman

Tapak Ngliman 17

Saat itu, meski pengeroyok dari padepokan dan pedukuhan masih berjumlah lebih banyak, tetapi keadaan mereka justru lebih parah dibandingkan pengawal-pengawal Tanah Menoreh.

“Lepaskan panah sendaren!” seru Ki Kalong Pitu ketika meninggalkan Bondan lalu menyelinap di antara desing senjata yang berseliweran. Satu anak panah segera  menggaung di angkasa. Ia memberi perintah itu karena tidak ingin anak buahnya berkurang lebih banyak dibandingkan orang-orang Menoreh. Ditambah ia ingin memenuhi keinginan lelaki pemimpin pertemuan untuk selesai sebelum senja.

Tiba-tiba di depan Ki Kalong Pitu telah berdiri Jalutama, putra penguasa Sima Menoreh. Pedang Jalutama menyambar meski demikian ternyata pemuda Menoreh itu bertarung dengan prahara dalam dadanya. Ternyata ia dan orang-orang Menoreh telah dijebak oleh perangkat pedukuhan. Jalutama meluapkan amarah dengan menghantamkan pedang bertubi-tubi pada musuhnya. Pada saat itu, Ujung pedangnya berubah banyak sekali, dan setiap pedangnya bergerak seolah-olah ratusan pedang mengejar Ki Kalong Pitu.

Tak ingin tubuhnya tersentuh patukan pedang Jalutama, Ki Kalong Pitu mengubah kedudukan. Ia menangkis dan mencoba balik menghantam lawannya. Rantai besinya menebas bagian bawah lawannya dan Jalutama harus meloncat tinggi menarik dua kakinya ke atas. Namun Ki Kalong Pitu tidak memberinya kesempatan bagi Jalutama menyentuh tanah.

loading...

“Aku harus memukul rantainya,” desah Jalutama lalu membuat membuat gerakan menyilang, kemudian  menghentikan gerakan  ketika pedang mencapai setengah jalan. Ki Kalong Pitu yang menduga lawannya akan meneruskan gerakan silang menjadi terkecoh. Ujung pedang Jalutama telah menyelinap memasuki pertahanan Ki Kalong Pitu. Pedang itu melesat seiring dengan tubuh Jalutama menerkam ke arah lawannya.  Tanpa terburu-buru menggerakkan tangan kanannya untuk mengubah arah sambaran pedang, Jalutama mengikuti pergerakan pedang sambil menyusupkan kepalan kiri ke dada kanan lawannya. Bahaya mengancam Ki Kalong Pitu dari dua serangan yang sama-sama berbahaya.

Ki Kalong Pitu berada dalam keadaan gawat. Ia mencoba menjatuhkan diri ke belakang dan rantai besinya memutar mengejar bayangan pedang Jalutama. Pundaknya yang terluka tidak menjadi hambatan baginya maka dengan begitu dua serangan Jalutama gagal menggapai tubuhnya. Rantai besinya berhasil membelit pedang Jalutama dan membetotnya dari genggaman Jalutama.

Sekejap kemudian, mata rantai yang telah merampas dan melemparkan senjata Jalutama telah kembali mematuk kening Jalutama. Anak muda dari Tanah Menoreh itu kemudian membuang diri cukup jauh lalu bergulingan. Ki Kalong Pitu melontarkan serangan balik. Jalutama merendahkan tubuh, bergulung ke belakang. Meski Jalutama gesit menghindar tetapi mata rantai Ki Kalong Pitu masih mampu menyentuh punggungnya. Selarik lurus berwarna merah mulai membasahi bagian belakang Jalutama. Namun musuhnya telah menghilang dari pandangan!

Di bagian lain Ken Banawa mengerling ke arah panah sendaren meluncur. Berdiri di sisinya adalah Ki Hanggapati yang telah memasuki lingkaran pertempuran yang lebih besar. Mereka berdua bahu membahu mengatasi pengawal pedukuhan dan murid-murid dari padepokan Sanca Dawala.

“Semuanya mundur!” seru Ken Banawa. Nalurinya sebagai seseorang yang matang di berbagai peperangan dapat mengetahui bahaya yang lebih besar akan datang.

Ki Swandanu meneruskan perintah seorang senapati wreda Majapahit. “Angger Jalutama! Perintahkan pengawal untuk mundur!” ia berkata. ” Kita bawa semua orang yang terluka.”

Jalutama sambil menahan rasa sakit di punggungnya lantas memberi perintah serupa kepada para pengawal Sima Menoreh. Kini ia bertempur di tengah-tengah para pengawal Menoreh setelah Ki Kalong Pitu menghilang dari pertempuran.

Bondan, yang sekitarnya banyak orang-orang Menoreh, sebenarnya bingung dengan perintah Ken Banawa. Maka sekalipun hasratnya bertempur menguasai keadaan jiwanya tetapi ia melihat Kang Wardi dan lima lainnya mengalami luka-luka yang hebat. Lalu empat lainnya hampir tak sanggup melanjutkan pertempuran. Bondan memaksa hatinya agar tunduk pada perintah senapati Majapahit! Agar orang-orang Menoreh dapat keluar dari tekanan lawan, Bondan berkelahi dengan cara yang luar biasa. Dengan begitu para pengawal Menoreh merasakan tekanan mulai berkurang dengan adanya Bondan yang bertarung sangat trengginas. Udeng kepalanya mematuk liar dan buas seperti seekor ular sendok yang kecil tetapi racunnya sangat berbahaya. Lima pengeroyok yang ia ambil alih dari Jalutama banyak mengalami patah tulang di bagian rusuk dan kaki-kaki mereka.

Sedemikian cepat mereka roboh oleh tandang Bondan yang berloncatan ibarat burung sikatan. Tubuhnya berkelebat cepat seolah bayangan yang terbang. Dalam waktu singkat sebagian pengawal pedukuhan dan murid-murid padepokan Sanca Dawala bergulingan roboh mengerang kesakitan.

“Ke arah kuda!” seru Bondan sambil menarik seorang pengawal Menoreh yang nyaris terbabat sambaran pedang. Satu tebasan kaki Bondan mendarat di kening lawan yang mengejar kemudian  orang itu terpental pingsan. Seorang diri Bondan menghadang barisan penyerang yang berduyun-duyun datang menghambat usaha orang-orang Menoreh melarikan diri. Ken Banawa bergegas membantu para pengawal yang terluka untuk naik ke punggung kuda.

Dibantu oleh kawan-kawannya yang masih sanggup bertahan, para pengawal Menoreh tertatih-tatih berjalan menuju kuda-kuda yang tertambat.

“Tinggalkan aku di sini, aku akan menghadang mereka. Dan sampaikan maafku pada Ki Buyut,” tiba-tiba seorang pengawal berkata. Ia tak sanggup lagi melangkahkan kaki. Wajahnya terlihat pucat dan darah masih mengalir dari lambung yang robek cukup dalam.

“Bertahanlah, Kakang!” kata seseorang yang memapah tubuhnya.

Wedaran Terkait

Tapak Ngliman 9

kibanjarasman

Tapak Ngliman 8

kibanjarasman

Tapak Ngliman 7

kibanjarasman

Tapak Ngliman 6

kibanjarasman

Tapak Ngliman 5

kibanjarasman

Tapak Ngliman 4

kibanjarasman

Leave a Comment

error: Anda tidak diperkenakan menyalin tanpa izin.